Powered by Blogger.

Translate

National Mosque (Masjid Negara)

Masjid Negara yang berlokasi di Jalan Perdana, Kuala Lumpur ini selesai dibangun pada tahun 1965. Masjid Negara Malaysia ini dapat menampung sekitar 15,000 orang dan berfungsi sebagai sebuah tempat ibadah aktif. Pemeluk agama selain Muslim diperbolehkan mengunjungi tempat ini di luar jam ibadah. Apabila staf Masjid Negara merasa pakaian anda kurang sopan atau kurang cocok, mereka akan meminjami anda sebuah jubah panjang selama kunjungan anda di Masjid Negara. Apabila anda datang pada saat ibadah selesai, anda akan menyaksikan ribuan orang berbondong-bondong keluar dari Masjid Negara.

Lake Gardens (Taman Tasik Perdana)

Taman Tasik Perdana adalah sebuah taman yang sangat besar dan populer di tengah kota Kuala Lumpur. Taman ini memiliki luas lebih dari 91 hektar dan sering kali menjadi tuan rumah dari berbagai macam acara menarik. Obyek wisata menarik di tempat ini cukup banyak, di antaranya taman rusa, taman anggrek, taman kembang sepatu, monumen nasional, dan lain-lain. Anda juga bisa bersepeda di taman ini dengan cara menyewa sepeda dengan biaya 3 Ringgit setiap 30 menit. Memasuki tempat ini tidak dipungut biaya namun menyenangkan dan cocok untuk menjadi tempat istirahat karena Taman Tasik Perdana memiliki karakteristik yang sangat tenang dan damai. Taman ini buka setiap hari dari jam 9 pagi sampai dengan jam 6 sore.

Bukit Bintang Malaysia

Bukit Bintang adalah tempat wisata di Kuala Lumpur yang ditujukan untuk kegiatan belanja dan hiburan. Mall-mall terbesar dan terlengkap di Kuala Lumpur dapat ditemukan di area Bukit Bintang. Mall-mall ini menjual barang bermerek dan semuanya adalah barang asli, bukan tiruan. Selain pusat perbelanjaan besar dan mewah, Bukit Bintang juga memiliki banyak sekali kafe. Bagi mereka yang lelah, di Bukit Bintang terdapat banyak sekali spa dan tempat pijat refleksi jadi tidak perlu kuatir kelelahan setelah belanja.

Aquaria KLCC Malaysia

Bertempat di Kuala Lumpur City Centre, Aquaria KLCC akan membawa anda ke dunia yang benar-benar berbeda. Di akuarium Aquaria KLCC, anda dapat melihat berbagai jenis ikan dari yang besar hingga kecil, dari yang biasa hingga yang aneh, masing-masing dalam akuarium yang menyerupai habitat asli mereka. Tempat wisata ini buka dari jam 10.30 pagi hingga jam 8 malam setiap hari, termasuk hari libur nasional. Jam terakhir penerimaan tamu baru adalah pada pukul 7 malam.

Jalan Alor

Jalan Alor yang terletak di Bukit Bintang adalah surganya pecinta kuliner. Jalan Alor ramai dikunjungi para pecinta kuliner murah kaki lima terutama pada saat malam hari. Makanan dan minuman yang disajikan di sini sangatlah beragam, mulai dari makanan lokal, makanan China, hingga makanan India dan hidangan laut dapat anda temukan di sini. Pecinta Kuliner, kalian pasti akan menyesal bila tidak datang ke Jalan Alor!

Batu Caves

Berlokasi sekitar 13 kilometer di utara Kuala Lumpur, Batu Caves adalah sebuah tempat yang suci bagi umat Hindu, dan sebuah tempat wisata di Kuala Lumpur yang terkenal bagi wisatawan. Di sini anda akan menaiki 272 anak tangga yang terjal dan cukup melelahkan untuk dapat merasakan kemegahan Batu Caves. Uniknya, di tiap anak tangganya terdapat angka yang menunjukan anda sudah berada di anak tangga keberapa, angka-angka ini sangat memotivasi saya untuk terus naik walau sudah lelah. Di tempat wisata ini juga banyak sekali monyet yang akan berusaha mengambil makanan anda, jadi berhati-hatilah. Selain itu jangan lupa bahwa tempat ini adalah tempat yang suci, hargailah tempat ini dan jangan merusak apapun.

Kuala Lumpur Tower (Menara Kuala Lumpur)

Menara Kuala Lumpur adalah sebuah menara dengan tinggi 421 meter. dan merupakan salah satu tempat wisata di Kuala Lumpur yang sering dikunjungi wisatawan, dibangun untuk tujuan komunikasi. Elevator yang terdapat di Menara Kuala Lumpur cukup cepat, hanya membutuhkan waktu sekitar 54 detik saja untuk mencapai tempat observasi, dan sekitar 52 detik untuk kembali mencapai dasar. Selain dapat menikmati pemandangan, di sini anda juga dapat bermain simulasi F1, memasuki zona binatang, menaiki kuda poni, melihat akuarium koral, mencoba sensasi teater XD, dan mencoba makan di restoran mewah dengan desain unik yang berputar 360 derajat di ketinggian 282 meter. Menara Kuala Lumpur buka pada jam 9 pagi, dan tutup pada jam 10 malam.

Chinatown

Chinatown Kuala Lumpur yang terletak di Jalan Petaling adalah sebuah surga belanja bagi wisatawan yang hobi membeli barang-barang murah. Tempat yang mayoritas pedagangnya adalah keturunan China ini sangat ramai dikunjungi wisatawan dan warga setempat yang ingin berburu barang murah, apabila anda ingin suasana yang sedikit lebih sepi anda bisa mencoba datang ke Chinatown pada siang hari karena semakin sore akan semakin banyak pedagang dan pembeli yang datang ke tempat ini. Jenis barang yang dijual di sini sangat beraneka ragam, mulai dari tas, baju, dompet, sabuk, CD musik, mainan anak-anak, makanan, hingga obat herbal China ada di sini. Jangan malu-malu untuk menawar harga di sini, barang-barang yang ada di sini bisa anda dapatkan dengan harga kurang dari 50 persen dari harga pembuka. Tempat ini sangat cocok untuk berburu oleh-oleh karena banyak pilihan barang, dan harganya relatif murah.

Kuala Lumpur Bird Park (Taman Burung Kuala Lumpur)

Dengan lebih dari 3,000 ekor burung, Taman Burung Kuala Lumpur adalah salah satu taman burung yang terbesar di dunia. Sebagian burung yang ada di sini berasal dari Malaysia, hanya sekitar 10 persen saja yang berasal dari luar negeri. Kegiatan utama yang dapat dilakukan di Taman Burung Kuala Lumpur adalah melihat, bermain, berinteraksi, dan berfoto dengan berbagai jenis burung. Tempat ini sangatlah cocok dan aman bagi anak-anak yang ikut serta dalam wisata anda karena selain menyenangkan, anak-anak juga dapat menambah pengetahuan. Jangan membuang sampah sembarangan, karena dapat berakibat buruk pada hewan-hewan yang hidup di sini. Harga tiket masuk adalah 48 Ringgit untuk dewasa, dan 38 Ringgit untuk anak-anak berusia 3 sampai dengan 12 tahun. Taman Burung Kuala Lumpur buka setiap hari dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore.

KLCC (Kuala Lumpur City Centre)

Menara Kembar Petronas yang terletak di pusat kota Kuala Lumpur (Kuala Lumpur City Centre) adalah tempat wisata di Kuala Lumpur yang paling populer dan sudah menjadi ikon dari kota Kuala Lumpur, dan juga Malaysia. Menara Kembar Petronas adalah menara kembar yang tertinggi di dunia dengan 88 lantai dan ketinggian mencapai 452 meter. Selain berfoto-foto, anda juga dapat membeli tiket naik ke atas untuk dapat menikmati keindahan pemandangan dari salah satu bangunan tertinggi di dunia. Tempat ini dikunjungi banyak sekali wisatawan mancanegara mulai dari siang hari hingga malam hari. Saya sendiri mengunjungi Menara Kembar Petronas ini pada malam hari dan ternyata cahaya lampu yang dibuat sedemikian rupa membuat menara ini tampak lebih indah pada malam hari dari pada siang hari. Tak heran sampai tengah malam pun masih banyak wisatawan yang berfoto di tempat ini.

Keraton Sultan Jogjakarta Keistimewaan Jogjakarta dalam Balutan Kekayaan Tradisi dan Filosofi Hidup

Asal mula Kasultanan Jogjakarta diawali ketika pada tahun 1558 M Ki Ageng Pamanahan mendapatkan hadiah sebuah wilayah di Mataram dari Sultan Pajang karena jasanya telah mengalahkan Aryo Penangsang.  Pada tahun 1577, Ki Ageng Pemanahan yang tetap selalu setia pada Sultan Pajang sampai akhir hayatnya, membangun istananya di Kotagede. Penggantinya, Sutawijaya, anak Ki Ageng Pemanahan, berbeda dengan ayahandanya. Sutawijaya menolak tunduk pada Sultan Pajang dan ingin memiliki daerah kekuasaan sendiri bahkan menguasai Jawa.

Setelah memenangkan pertempuran dengan Kerajaan Pajang, pada tahun 1588, Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram mengalami perkembangan pesat pada masa kekuasaan Sultan generasi keempat, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Setelah Sultan Agung wafat dan digantikan putranya, Amangkurat I, Kerajaan Mataram mengalami konflik internal/konflik keluarga yang dimanfaatkan oleh VOC hingga berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada bulan Februari 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Dalam perjanjian tersebut, dinyatakan Pangeran Mangkubumi menjadi sultan Kasultanan Jogjakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwana I. Sejak tahun 1988 hingga sekarang, Kasultanan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwana X.

Keraton Jogjakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti. Lokasi keraton konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Jogjakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Lokasi Keraton Jogjakarta berada di antara Sungai Code di sebelah timur dan Sungai Winongo di sebelah barat serta Panggung Krapyak di sebelah selatan dan Tugu Jogja di sebelah utara. Lokasi ini juga berada dalam satu garis imajiner Laut Selatan dan Gunung Merapi.
 
Keistimewaan
   
Kata keraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta ini memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Secara garis besar wilayah keraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Panggung Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik. Bisa dibaca secara simbolik filosofis bahwa dari Panggung Krapyak menuju ke Keraton (Kompleks Kedhaton) menunjukkan "sangkan", yaitu asal mula penciptaan manusia sampai manusia tersebut dewasa. Ini dapat dilihat dari kampung di sekitar Panggung Krapyak yang diberi nama kampung Mijen (berasal dari kata "wiji" yang berarti benih). Di sepanjang jalan D.I. Panjaitan ditanami pohon asam dan pohon tanjung yang melambangkan masa anak-anak menuju remaja. Dari Tugu menuju ke Keraton (Kompleks Kedhaton) menunjukkan "paran" tujuan akhir manusia yaitu menghadap penciptanya. Tujuh gerbang dari Gladhag sampai Donopratopo melambangkan tujuh langkah/gerbang menuju surga (seven steps to heaven). Sedangkan dari Keraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita, sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambang manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi). Secara sederhana, Tugu adalah perlambangan Lingga (laki-laki) dan Panggung Krapyak perlambangan Yoni (perempuan). Sedangkan Keraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
 
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus. Hal ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti). Tatanan Keraton sama seperti Keraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah –menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Keraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam)— berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan. Tatanan spasial Keraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.
 
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berkonstruksi Joglo atau turunan konstruksinya. Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
 
Keraton diapit dua alun-alun yaitu Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukuran kurang lebih 100×100 meter. Sedangkan secara keseluruhan Keraton Yogyakarta berdiri di atas tanah seluas 1,5 km persegi. Bangunan inti keraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter). Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang lengkung yang disebut plengkung. Ada lima pintu gerbang plengkung (dua di antaranya masih masih bisa kita saksikan hingga kini) yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah timur laut, Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah barat daya, Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat, Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan, dan Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur. Di dalam benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk mobilisasi prajurit dan persenjataan. Sedangkan sebagai pertahanan, pada keempat sudut benteng dibuat bastion (tiga di antaranya masih bisa kita saksikan hingga kini) yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh.
 
Di dalam bangunan benteng, selain ada bangunan keraton tempat tinggal Raja, di sekitarnya juga ada sejumlah kampung sebagai tempat bermukim penduduk, yang pada zaman dulu merupakan abdi dalem keraton, namun pada perkembangan berikutnya, hingga sekarang, orang yang tinggal di dalam benteng keraton tidak harus sebagai abdi dalem. Nama-nama kampung di dalam "njeron beteng" (wilayah dalam benteng) mempunyai sejarahnya sendiri dan masing-masing berbeda. Sebagai contoh gamelan, dahulu merupakan tempat tinggal para abdi dalem yang bekerja sebagai gamel (pemelihara kuda), siliran (pemelihara lampu/alat penerangan), nagan (niyagan/penabuh gamelan), matrigawen (penjaga keamanan lingkungan keraton), patehan (pembuat dan penyedia teh), kenekan (dari kata Bahasa Belanda knecht/pembantu, untuk menyebut para abdi dalem yang membantu kusir/sais kereta kuda), Langenastran (tempat tinggal kesatuan prajurit Langen Astra yang bertugas sebagai pengawal Sultan), Suryaputran (tempat tinggal Pangeran Suryaputra, putra Sultan Hamengku Buwana VIII), Kauman (tempat tinggal para Kaum/pemimpit umat Islam), rotowijayan (tempat menyimpan dan memelihara kereta kuda milik keraton), tamansari (tempat tinggal para istri dan puteri raja yang belum menikah), dan seterusnya.  

Lokasi dan Fasilitas
 
Kompleks Keraton Sultan Jogjakarta terletak di pusat kota Jogjakarta, tepatnya persis di sebelah selatan titik km. 0 Kota Jogjakarta. Dari Tugu Jogjakarta, kita tinggal berjalan lurus ke selatan, melewati Jalan Malioboro hingga memasuki gerbang utara Keraton di Alun-Alun Utara Jogjakarta. Karena terletak di pusat kota Jogjakarta, fasilitas dan akomodasi di sekitar kompleks Keraton Sultan Jogjakarta sangatlah lengkap. Selain segala jenis hotel, dari mulai hotel berbintang hingga hotel melati, dan segala jenis restoran/tempat makan, dari mulai restoran mewah hingga angkringan (warung makan kaki lima khas Jogjakarta), kita juga bisa memanjakan hasrat belanja kita dengan segala macam cinderamata, pakaian, kerajinan, dan makanan khas Jogjakarta di sepanjang Jalan Malioboro, di Pasar Beringharjo, maupun di toko-toko di sekitar kompleks keraton. Semuanya tidak terlalu jauh dari keraton dan bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik becak maupun andong (sejenis kereta kuda). Begitu pula dengan sarana transportasi dan komunikasi, semuanya dapat kita peroleh dengan mudah. Kawasan wisata Keraton Sultan Jogjakarta ini buka setiap hari Senin hingga Minggu, jam 08.00 s.d. 13.30, kecuali hari Jumat jam 08.00 s.d. 11.30. Harga tiket masuk bagi turis lokal Rp. 5.000, -, sedangkan untuk turis asing Rp. 10.000, 

Candi Prambanan Peninggalan Kebudayaan Hindu Terbesar dan Tragedi Cinta Loro Jonggrang

Pesona keindahan yang dimiliki Candi Prambanan yang merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia bukan hanya dari bentuk bangunan dan tata letaknya yang menakjubkan, namun juga kisah sejarah dan legenda yang sangat unik dan menarik. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Candi ini kemudian ditinggalkan ketika pusat kerajaan di Jawa dipindahkan ke Jawa Timur akibat letusan dahsyat Gunung Merapi sekitar tahun 950 M.

Kemudian pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh seorang Belanda bernama C. A. Lons dan mulai dibersihkan oleh Jan Willem IJzerman pada tahun 1855. Tak lama kemudian, Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Selanjutnya renovasi dilakukan oleh Theodoor van Erp dan dilanjutkan jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia hingga tahun 1993.

Pada tahun 1991, UNESCO telah memasukkan Candi Prambanan ke dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia (World Wonder Heritages). Hal ini, di antaranya berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, termasuk dalam situasi peperangan.

Keistimewaan

Kompleks Candi Prambanan memiliki tiga bangunan utama berarsitektur indah setinggi 47 meter. Ketiga bangunan tersebut melambangkan Trimurti, yaitu ajaran tentang tiga dewa utama yang terdiri dari Candi Siwa (Dewa Pelebur) di tengah, Candi Brahma (Dewa Pencipta) di selatan, dan Candi Wisnu (Dewa Pemelihara) di utara. Kemudian di depan bangunan utama ini terdapat tiga candi yang lebih kecil sebagai perlambang Wahana (kendaraan) dari Trimurti. Ketiga candi tersebut adalah Candi Nandi (kerbau) yang merupakan kendaraan Siwa, Candi Angsa kendaraannya Brahma, dan Candi Garuda kendaraan Wisnu. Kita juga dapat melihat dan mengikuti kisah cerita Ramayana yang reliefnya dipahatkan searah jarum jam pada dinding pagar langkan Candi Siwa dan bersambung di Candi Brahma. Sedangkan pada pagar langkan Candi Wisnu dipahatkan relief cerita Krisnayana. Selain itu kompleks candi ini dikelilingi oleh lebih dari 250 candi yang ukurannya berbeda-beda dan disebut perwara.

Candi Prambanan tidak dapat dilepaskan dari Legenda Loro Jonggrang yang oleh masyarakat dipercaya sebagai kisah cinta penuh tragedi yang melatarbelakangi pembangunan candi ini. Alkisah, pada zaman dahulu kala di daerah Prambanan berdiri dua buah Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging yang subur dan makmur dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana, Prabu Damar Moyo yang memiliki seorang putra yang bernama Bandung Bondowoso. Sedangkan kerajaan Kraton Boko yang berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging diperintah oleh seorang raja yang kejam berbentuk raksasa bernama Prabu Boko. Prabu Boko mempunyai putri yang cantik jelita laksana bidadari dari khayangan yang bemama putri Loro Jonggrang. Prabu Boko ingin memberontak dan menguasai kerajaan Pengging, kemudian terjadilah perang sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dibinasakan. Ketika Raden Bandung Bondowoso tiba di Kraton Boko, ia terkejut melihat putri Loro Jonggrang yang cantik jelita dan ia pun ingin mempersunting putri Loro Jonggrang. Putri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting oleh pembunuh ayahnya, maka ia meminta syarat agar Raden Bandung Bondowoso membuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Maka segeralah Raden Bandung memerintahkan para jin untuk membuat 1000 candi, akan tetapi di lain pihak putri Loro Jonggrang ingin mengagalkan usaha Bandung. la memerintahkan para gadis di sekitar Prambanan untuk menumbuk padi dan membakar jerami supaya kelihatan terang sebagai pertanda pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian. Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi dan berhamburan ketakutan. Maka dipanggilah putri Loro Jonggrang untuk menghitung jumlah candi yang telah dibuat dan ternyata jumlahnya baru 999 candi. Maka putri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung. Karena merasa ditipu dan dipermainkan, Raden Bandung murka sekali dan mengutuk putri Loro Jonggrang; "Hai Loro Jonggrang, 1000 candi kurang satu maka genapnya seribu candi engkaulah orangnya." Putri Loro Jonggrang lalu berubah ujud menjadi arca patung batu. Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan.

Kisah legenda tersebut secara lengkap dapat dilihat di gedung Museum yang berada di dalam lokasi Candi Prambanan. Selain memiliki ruang Audio Visual yang memutarkan film selama 15 menit tentang sejarah ditemukannya Candi Prambanan hingga proses renovasi dan purnapugarnya secara lengkap, Museum ini juga memamerkan koleksi benda-benda arkeologi serta perhiasan-perhiasan peninggalan raja Mataram kuno yang ditemukan di Wonoboyo, Klaten, termasuk batu Lingga batara Siwa, sebagai lambang kesuburan.

Lokasi dan Fasilitas

Candi Prambanan terletak di Jalan Raya Jogjakarta-Solo km. 17, sekitar 20 km sebelah timur Jogjakarta, 40 km sebelah barat Solo, dan 120 km sebelah selatan Semarang. Candi ini terletak persis di perbatasan antara propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara Kabupaten Sleman dan Klaten. Fasilitas dan akomodasi di sekitar kompleks Candi Prambanan sangat lengkap. Segala informasi yang berkenaan dengan Candi Prambanan, berikut berbagai jenis cinderamata, hingga buku-buku kepariwisataan dan potensi tujuan wisata sekitar DIY atau Jateng, bisa didapatkan di Pusat Penerangan Candi Prambanan. Selain itu, disediakan sebuah rangkaian Kereta Mini yang bisa membawa kita mengelilingi kawasan Taman Wisata Candi Prambanan hingga ke Candi Sewu. Selain itu, kawasan Taman Wisata Candi Prambanan juga memiliki Arena Bermain Anak-Anak yang sejuk dan nyaman. Masyarakat umum juga dapat memanfaatkan Bumi Perkemahan Rama Shinta yang tersedia di dalam kawasan untuk acara-acara pertemuan, acara keluarga, ulang tahun, perpisahan sekolah maupun resepsi pernikahan. Kita juga tidak akan kesulitan menemukan hotel/penginapan, restoran/rumah makan, pom bensin, dan sarana komunikasi, seperti wartel dan warnet di sekitar kompleks Candi Prambanan. Harga tiket masuk Candi Prambanan bagi turis lokal atau pemegang KITAS adalah 15.000 (Senin-Jumat) dan 17.500 (Sabtu-Minggu). Sedangkan untuk turis asing umum adalah 13 US$, sedangkan mahasiswa asing adalah US$ 7.

Gunung Merapi Sumber Inspirasi dan Sumber Penghidupan Warga Sekitar

Gunung Merapi yang terletak pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia dan juga salah satu dari gunung-gunung berapi teraktif di dunia. Berthomier, seorang sarjana Perancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu).

Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Aktivitas Merapi bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu vulkanik. Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang. Letusan 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Sedangkan letusan 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Letusan terbaru, rangkaian letusan bulan Oktober hingga November 2010 diperkirakan memiliki kekuatan yang mendekati atau sama dengan tahun 1872. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km.
 
Keistimewaan
 
Keindahan pesona alam Gunung Merapi tidak terbantahkan lagi. Keindahan yang beradu dengan misteri dan tragedi yang melingkupi gunung yang –jika cuaca sedang tidak berkabut— dapat kita lihat dengan jelas menjulang gagah dari empat kota yang mengitarinya: Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali. Udaranya yang menyejukkan dan keramahan penduduknya yang menghangatkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gunung –yang jika sedang dalam status normal— biasa didaki puncaknya oleh banyak wisatawan ini. 
 
Memang, pasca letusan besar akhir 2010, ada beberapa hal yang berubah dari kawasan ini, namun hal tersebut tidak mengurangi –bahkan justru menambah— pesona daya tarik Gunung Merapi. Desa-desa yang berada di 4 km – 6 km dari puncak Gunung Merapi tidak bisa lagi dihuni. Digantikan dengan banyaknya Hunian Sementara (Huntara) bagi para pengungsi yang kehilangan rumahnya. Beberapa jembatan masih putus diakibatkan oleh lahar dingin maupun awan panas. 
 
Kawasan bekas letusan 2010 tersebut sekarang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar menjadi kawasan wisata volcano trekking, di mana para wisatawan benar-benar bisa melakukan napak tilas jejak-jejak letusan besar 2010, termasuk mengunjungi bekas rumah Mbah Maridjan, juru kunci Merapi yang legendaris. Ada dua desa bekas letusan yang sekarang menjadi kawasan wisata volcano trekking: Desa Kepuharjo dan Desa Kinahrejo. Kedua kawasan wisata tersebut dikelola oleh penduduk lokal kedua desa tersebut. Para pengelola bahkan memakai kaos bertuliskan nama kedua desa tersebut. Di kedua kawasan wisata tersebut, wisatawan dapat melihat bekas letusan besar 2010. Di Kepuharjo yang lebih banyak diterjang banjir lahar dingin, kawasannya lebih tertimbun material vulkanik, sehingga agak susah diidentifikasi bahwa tempat ini dulunya adalah pemukiman penduduk. Sedangkan di Kinahrejo yang lebih banyak diterjang awan panas, relatif masih bisa dilihat sisa-sisa reruntuhan bangunan bekas rumah penduduknya. Namun di kedua desa tersebut, tunas-tunas tanaman baru sudah mulai bermunculan di antara sisa-sisa tanaman yang gosong dan meranggas. Sebagian penduduk menyewakan jasa ojek untuk naik lebih ke atas jika kita malas berjalan kaki. Sebagian lainnya berjualan makanan dan minuman, serta beragam souvenir termasuk CD rekaman letusan besar 2010, dan kaos bergambar wajah alm. Mbah Maridjan. Sudah ada juga pusat informasi yang siap memberikan segala informasi berkaitan dengan Gunung Merapi. Para wisatawan bisa melihat dengan mata kepala sendiri betapa dahsyat akibat yang ditinggalkan oleh letusan besar 2010, dan di depan masjid samping bekas rumah Mbah Maridjan (yang sudah dibangun lagi semipermanen), terpasang foto-foto rumah Mbah Maridjan dan sekitarnya sebelum dan sesudah letusan besar 2010. Jangan lewatkan juga menikmati jadah tempe, nasi pecel, dan wedang gedhang, serta beberapa makanan ringan khas kawasan lereng Merapi. 
 
Jika status Merapi sudah ditetapkan normal untuk pendakian, Anda dapat mendaki gunung ini melalui rute Pronojiwo, Kaliurang (pasca letusan besar 2010 rute pendakian memang dialihkan ke bukit Pronojiwo) dengan tantangan dan pemandangan yang sangat mengagumkan. Mengamati misteri sekaligus keindahan lava pijar dari gunung yang menjadi sumber inspirasi dan sumber penghidupan warga sekitarnya ini akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Sebaiknya pendakian dimulai pada dini hari sehingga Anda bisa melihat sinar matahari terbit yang memancar ke gunung yang penuh legenda, anggun, sekaligus berwibawa. Kegiatan menyusuri punggung dan lereng gunung Merapi ini akan memakan waktu sekitar 5 jam.

Lokasi dan Fasilitas
 
Merapi terletak di bagian tengah Pulau Jawa, yaitu pada 7°32,5' Lintang Selatan dan 110°26,5' Bujur Timur. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak (setelah letusan 2010, kawasan tersebut sudah dikosongkan, kecuali di beberapa sisinya). 
 
Gunung Merapi merupakan objek pendakian yang popular, karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Sebelumnya, jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namun sejak letusan besar 2010, kebanyakan jalur pendakian dialihkan melalui bukit Pronojiwo, Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak.
   
Harga tiket untuk memasuki kawasan wisata volcano trekking Kinahrejo dan Kepuharjo masing-masing adalah Rp. 5000,- per orang ditambah ongkos parkir Rp. 2000, -. Sedangkan ongkos ojek dari Kinahrejo hingga bekas rumah alm. Mbah Maridjan adalah Rp. 20.000, - dan dari Kepuharjo hingga Kaliadem antara Rp. 35.000, - hingga Rp. 50.000, 

Candi Borobudur Candi Budha Nan Megah Bertabur Sejarah dan Filosofi Kehidupan

Sejarah Siapa yang belum pernah mendengar tentang Candi Borobudur? Kemegahan, keindahan, serta keunikannya telah membuat Candi yang dibangun oleh Dinasti Sailendra antara tahun 750 – 842 M ini dikukuhkan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan pada tahun 1991 ditetapkan oleh UNESCO di dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia (World Wonder Heritages).

Candi Borobudur pernah terkubur oleh lahar dingin letusan dahsyat Gunung Merapi pada sekitar tahun 950 M dan baru ditemukan pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia. Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro, Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa (Raffles juga menulis buku History of Java, 1817), maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

Pemugaran pertama langsung dilakukan oleh Raffles, yaitu mulai menebangi pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda dan terus dilanjutkan setelah Indonesia merdeka oleh pemerintah Republik Indonesia dengan bantuan dari UNESCO. Seluruh proses pemugaran selesai pada tahun 1984.
 
Keistimewaan
 
Banyak orang di seluruh dunia menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat yang wajib dikunjungi dalam hidupnya. Banyak teori yang berusaha menjelaskan asal kata Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa kata Borobudur berasal dari kata bara dan budur. Bara/vihara artinya kompleks candi dan budur atau beduhur artinya di atas atau bukit. Jadi, borobudur bisa diartikan sebagai kompleks candi yang berada di atas bukit. 
 
Luas bangunan Candi Borobudur adalah 123 x 123 m dengan tinggi bangunan 34,5 m dan memiliki 1460 relief, 504 Arca Buddha, serta 72 stupa. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat (melambangkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha). 10 tingkat tersebut terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. 
 
Candi Borobudur dibangun sebagai perlambang dari banyak tahapan di dalam teori Budha. Jika dilihat dari atas, Candi Borobudur berbentuk mandala (bentuk tradisional Budha). Mandala adalah pusat dari gabungan antara seni Budha dan Hindu. Bentuk dasar dari banyak mandala Hindu dan Budha adalah persegi dengan empat titik masuk dan titik pusat yang melingkar. Baik dari segi eksterior maupun interior, Candi Borobudur melambangkan tiga zona tingkat kesadaran ditambah satu bidang utama yang menggambarkan kesempurnaan atau nirvana. 
 
Zona pertama adalah Kamadhatu atau dunia fenomena, dunia yang dihuni oleh kebanyakan orang, yang bisa juga diartikan dengan dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Tingkat paling bawah Candi Borobudur ini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan, sehingga tidak terlihat. Zona Kamadhatu yang tersembunyi ini terdiri dari 160 relief yang menggambarkan kisah Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Relief-relief di sini menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa tingkat dasar ini ditambahkan pada bangunan asli candi ini. Alasan penambahan bagian ini tidak 100 % pasti, namun sepertinya untuk stabilitas struktur bangunan dan memperkuat pondasi bangunan atau bisa juga karena alasan religius, yaitu untuk lebih banyak menutupi konten-konten cabul. Bagian tambahan ini tingginya 3.6 m dan lebarnya 6.5 m. Sudut bagian bawah yang tertutup ini telah dibuka secara permanen sehingga pengunjung dapat melihat pondasi yang tersembunyi termasuk beberapa reliefnya.
 
Zona 2 Rupadhatu atau dunia transisi, di mana manusia telah terbebas dari hal-hal duniawi, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Teras persegi Rupadhatu berisi galeri relief batu pahat, juga rangkaian ceruk yang berisi patung Budha. Secara keseluruhan, terdapat 328 patung Budha di dalam zona yang juga memiliki banyak relief dengan hiasan murni ini. Manuskrip berbahasa Sansekerta digambarkan di dalam zona ini melalui 1300 reliefnya, yaitu Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka, dan Awadana. Relief-relief tersebut berjejer sepanjang 2,5 km. Pada zona ini juga terdapat 1212 panel dekoratif.
 
Zona 3 Arupadhatu atau dunia tertinggi, tempat tinggal para dewa. Tiga teras yang melingkar ke arah pusat atau kubah stupa menggambarkan kenaikan ke dunia atas. Teras-teras di sini memiliki ornamen yang lebih sedikit, dan lebih mengutamakan kemurnian bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Total, ada 72 stupa seperti ini. 
   
Tingkat paling tinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
 
Lokasi dan Fasilitas

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekitar 40 km sebelah barat laut Jogjakarta, 7 km arah selatan Kota Magelang, dan 100 km sebelah barat daya Semarang. Kompleks wisata Candi Borobudur menyediakan fasilitas dan akomodasi yang cukup lengkap, seperti hotel/penginapan, restoran/rumah makan, toko-toko cinderamata yang sangat komplit, pom bensin, dan sarana komunikasi, seperti wartel dan warnet. Di sekitar Candi Borobudur, juga banyak andong (sejenis kereta kuda) yang bisa dimanfaatkan untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks candi. Sedangkan di dalam kompleks candi, juga terdapat kereta bermesin jika kita capek atau malas berjalan sampai ke bangunan candi. Di dalam kompleks Candi Borobudur juga terdapat museum-museum yang sangat menarik untuk dikunjungi. Harga tiket masuk Candi Borobudur bagi turis lokal atau pemegang KITAS adalah Rp. 15.000, - (Senin-Jumat) dan Rp. 17.500, - (Sabtu-Minggu). Sedangkan untuk turis asing umum adalah 15 US$, sedangkan mahasiswa asing adalah US$ 8

Kota Gede Pesona Kota Tua Bertabur Kilau Perak

Pada tahun 1577 M, Ki Ageng Pamanahan yang mendapatkan hadiah sebuah wilayah di Mataram dari Sultan Pajang karena jasanya mengalahkan Aryo Penangsang, membangun istananya di Kotagede (cikal bakal Kesultanan Yogyakarta). Kerajaan Mataram Islam yang beribukota di Kotagede ini mengalami perkembangan pesat pada masa kekuasaan Sultan generasi keempat, Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Setelah Sultan Agung wafat dan digantikan putranya, Amangkurat I, Kerajaan Mataram mengalami konflik internal yang dimanfaatkan oleh VOC hingga berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada bulan Februari 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Pangeran Mangkubumi kemudian menjadi sultan pertama Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwana I. Sultan Hamengku Buwana I kemudian membangun pusat pemerintahan baru di tempat yang sampai sekarang masih bisa kita saksikan sebagai Keraton Yogyakarta.

Di daerah selatan perkampungan Kotagede, terdapat Pasar Gede atau Sargede yang merupakan pasar tradisional yang dibangun pada masa Panembahan Senopati. Meski bangunannya hanya memakai arsitektur sederhana dan seadanya, Sargede telah menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat pada zamannya. Hal inilah yang membuat Kotagede dulunya dikenal dengan nama Pasar Gede atau Sargede. Kemeriahan Pasar Gede yang selalu ramai bisa kita nikmati setiap hari hingga sekarang. Namun kita akan menemukan suasana lain apabila kita datang ke Pasar Kotagede pada saat kalender Jawa menunjukkan pasaran/hari Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa melebar hingga ke depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh sebagian besar penduduk Kotagede, pasar ini lebih dikenal dengan nama Pasar Legi.

Keistimewaan

Kotagede merupakan sentra kerajinan perak Yogyakarta. Bengkel-bengkel dan toko-koko kerajinan perak bisa kita temui di sepanjang Jalan Kemasan hingga pertigaan ex-Bioskop Istana. Selain sebagai pusat produksi dan penjualan perhiasan perak, Kotagede juga menyimpan sekitar 170 bangunan kuno buatan tahun 1700 hingga 1930. Hal tersebut menjadikan Kotagede tidak hanya sebagai Kota Perak, tetapi juga Kota Tua bersejarah. Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini.

Sebagai kota tua bersejarah bekas Ibukota kerajaan, Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya, terutama potensi pariwisata. Sekitar 50 meter sebelah selatan Pasar Gede, terdapat Kampung Alun-Alun dan kampung nDalem sebagai peninggalan Keraton Mataram lama. Kampung Bumen yang terletak di kecamatan Purbayan juga tidak terlepas dari nilai histori ini, di kampung ini masih terdapat pondasi batu bata merah sisa pesanggrahan para putri keraton. Namun sayang hanya tinggal beberapa batu bata merah saja yang terlihat utuh.

Di tengah-tengah kampung tersebut, sebuah gapura dengan benteng panjang melingkupi salah satu situs kejayaan Mataram tempo dulu yang masih terawat dengan baik; Petilasan Keraton Kotagede. Beberapa pohon beringin berjulur panjang yang menandakan usia tua pohon tersebut seolah menjadi penjaga tempat keramat tersebut. Melewati gapura kedua, ada sebuah tembok tinggi sekitar dua meter dengan jalan di kedua sisinya menghalangi pandangan dari gapura ketiga yang menjadi jalan menuju kompleks Masjid Agung Kotagede, masjid pertama di Kotagede yang dikelilingi rumah para Abdi Dalem. Masjid tersebut dibangun oleh Sultan Agung bersama masyarakat setempat –yang pada waktu itu kebanyakan memeluk agama Hindu dan Budha– sehingga arsitekturnya pun banyak mengadopsi corak khas arsitektur Hindu dan Budha. Seperti gapura masjid yang berukiran mirip wihara dan ukiran-ukiran kayu yang menghiasi hampir setiap sudut masjid yang bercorak gaya Hindu dan Budha. Hal ini menjadi keunikan tersendiri dari masjid ini. Di dalam Masjid terdapat sebuah mimbar yang berukiran unik, upeti dari Adipati Palembang kepada Sultan Agung. Di halaman masjid terdapat pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah Bedug berukuran besar yang umurnya sudah sangat tua, setua Masjid Agung Kotagede itu sendiri.

Di sebelah selatan Masjid, terdapat kompleks makam para Pendahulu Kerajaan Mataram serta kerabat keluarga kerajaan yang dulunya juga merupakan tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan. Di antara gapura pertama sebelum memasuki gapura kedua, terdapat sebuah bangsal duda (sekarang menjadi koperasi). Melewati gapura kedua, sebuah kompleks menjadi pembatas sekaligus jalur penghubung menuju makam dan Sendang Saliran (tempat pemandian). Pada kompleks ini terdapat kantor, gudang, bangsal pengapit lor, dan bangsal pengapit kidul. Di sebelah barat kompleks, kita akan menemukan gapura lagi yang menghubungkan ke kompleks makam. Memasuki kompleks makam, wisatawan diwajibkan memakai pakaian adat Jawa dan melaksanakan tahlilan (doa) sebelum memasuki makam. Jika Anda tidak membawa pakaian adat Jawa, jangan khawatir, di kompleks tersebut juga ada penyewaan pakaian adat Jawa dengan harga sewa Rp. 15.000, - per pakaian. Setelah melewati sekitar 720 makam, kita akan sampai ke bangunan utama yang menjadi tempat bersemayam keluarga besar kerajaan. Di antaranya Nyai Ageng Nis dan P. Djoyo Prono yang merupakan eyang dari Panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan (ayah dari Panembahan Senopati), Panembahan Senopati hingga Kyai Wonoboyo Mangir, menantu sekaligus musuh Panembahan Senopati yang makamnya setengah berada di luar bangunan menjadi keunikan tersendiri di makam ini. Konon kematian Kyai Ageng Mangir disebabkan kepalanya dibenturkan ke batu yang menjadi singgasana Panembahan Senopati oleh Panembahan sendiri. Batu itu sendiri masih bisa dilihat di sekitar 100 meter sebelah selatan kompleks Masjid. Di sebelah selatan makam terdapat tempat pemandian yang terbagi menjadi Sendang Kakung untuk lelaki dan Sendang Putri untuk perempuan.

Di Kotagede ada rumah sangat unik yang disebut dengan nama Rumah Kalang, yaitu rumah kuno yang dibangun oleh almarhum Pawiro Suwarno pada 1920an, seorang pengusaha kaya Kotagede pada masanya. Orang Kalang merupakan pendatang yang diundang oleh Raja untuk menjadi tukang ukir perhiasan kerajaan. Keunikan Rumah Kalang ini adalah adanya perpaduan unsur Jawa dan Eropa, yaitu joglo yang dijadikan rumah induk terletak di bagian belakang, dan di depan bangunannya bercorak Eropa. Bangunan Eropa ini cenderung ke bentuk barok, Corinthian, dan doriq. Rumah bergaya campuran Jawa dan Eropa ini yang sekarang menjadi milik keluarga Ansor terletak sekitar 300 meter di utara Pasar Gede. Sambil menikmati keindahan arsitektur masa lampau, kita bisa membeli kerajinan perak yang diukir indah oleh tangan-tangan terampil di galeri-galeri perak yang banyak terdapat di sana serta menikmati santapan lezat di restoran-restoran berarsitektur unik ini.

Kerajinan perak sendiri merupakan budaya turun-temurun. Pada awalnya kerajinan di Kotagede berupa emas, perak, dan tembaga. Namun seiring waktu, kerajinan peraklah yang paling diminati. Sehingga para pengrajin lebih banyak memilih untuk mengolah perak hingga sekarang. Saat ini, kerajinan ini sudah diekspor ke manca negara. Di Kotagede juga terdapat pabrik coklat Monggo, sebuah produk coklat asli Yogyakarta. Di sana kita diperbolehkan masuk ke dalam pabriknya (kecuali pada hari Minggu) untuk melihat sendiri dari dekat proses pengolahan coklat super enak tersebut.

Lokasi dan Fasilitas   

Kotagede terletak sekitar 10 kilometer di sebelah tenggara jantung kota Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Wilayah Kecamatan Kotagede sebagian merupakan bagian dari bekas kota tua Kotagede ditambah dengan daerah sekitarnya. Sedangkan bagian lain dari bekas kota tua Kotagede berada di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Fasilitas dan akomodasi di Kotagede sudah cukup lengkap. Kita dengan mudah bisa menemukan hotel, restoran, warung, toko suvenir dan oleh-oleh, mesin ATM, pom bensin, warnet, penjual pulsa, dan lain sebagainya. Lokasinya pun sangat mudah dijangkau dan dapat diakses dari mana-mana. Di Kotagede, kita juga bisa mengikuti kursus membuat kerajinan perak, baik short term course (beberapa jam) maupun medium term course (beberapa hari). Untuk memasuki kawasan Kotagede tidak dipungut tiket masuk apapun, kecuali tarif parkir kendaraan kita.

Pantai Parangtritis Pesona Pantai Landai di antara Batu Karang dan Gumuk Pasir

Sejarah nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu. Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.

Keistimewaan   

Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari tenggelam (sunset) yang sangat romantis.

Komplek yang termasuk kawasan wisata Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Dataran Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam permandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda, dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.

Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, Anda dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika Anda menginginkan medan yang lebih menantang, Anda bisa juga mengungjungi Bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, Anda juga akan disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas diantara bebatuan kapur, Anda akan mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.

Lokasi dan Fasilitas

Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan dengan areal persawahan yang luas menghijau, sungai yang mengalir indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri.

Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai, terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan fresh from the kitchen ditemani sebutir kelapa muda sambil menyaksikan pemandangan laut sungguh merupakan pengalaman tak terlupakan. Dan jangan khawatir soal harga, karena harga seafood segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan , dan sebagainya. Tersedia juga di sini rujak (buah-buahan segar dengan bumbu manis pedas) dengan harga yang sangat terjangkau.

Kawasan wisata Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan parkir yang luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di bibir pantai Anda bisa menyewa dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun paralayang yang sangat menantang adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir membuat Anda seolah-olah sedang berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak heran tempat ini sering digunakan untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda tidak berenang terlalu ke dalam, karena ombak Pantai Parangtritis cukup berbahaya.    

Tiket masuk kawasan wisata Pantai Parangtritis (meliputi seluruh kompleks) adalah Rp. 3000, - per orang ditambah biaya asuransi sebesar Rp. 250, - per orang. Sedangkan retribusi untuk sepeda motor adalah Rp. 500, -, mobil Rp. 1000, -, dan bus pariwisata Rp. 2000, -. Untuk menyewa kuda atau dokar, Anda bisa membayar Rp. 20.000, - untuk satu kali putaran bolak balik, dan untuk menyewa mobil ATV tarifnya adalah sekitar Rp. 50.000, - hingga Rp. 100.000, - per setengah jam.

Museum Gunung Merapi (MGM)

Merapi Jendela Bumi, itulah tema yang diambil Museum Gunung Merapi (MGM). Museum ini terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Sudah mulai beroperasidan diresmikan 1 Oktober 2009. Peresmian dipimpin Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukyar mewakili Menteri ESDM. Hadir pula Asisten I Pemprov DIY Tavip Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman Sri Purnomo. Museum Gunung Berapi Tampak Depan Museum Gunung Berapi Tampak Depan MGM mempunyai luas 3,5 hektar dengan luas bangunan 4.470 meter persegi yang terdiri dari dua lantai. Museum ini akan difungsikan untuk wahana informasi, penelitian, pendidikan, dan wisata tentang kegunungapian. Fasilitas yang ditampilkan antara lain maket Gunung Merapi, animasi erupsi Merapi, plasa tematis, gedung teater, dan foto-foto dokumentasi aktivitas gunung-gunung berapi dunia. MGM saat ini belum selesai 100% untuk harga tiketnya pun belum ditentukan. Apa yang dilihat: Beberapa kOleksi benda utama yang dipajang di MGM antara lain “batu bom” Gunung Merapi atau “vulcanic bomb”, yakni batuan pijar berdiameter 65 mm lebih yang terbentuk dari lontaran material letusan Merapi. Selain itu juga dipajang barang milik warga di kawasan wisata Kaliadem yang tertimbun lahar panas erupsi Gunung Merapi 2006 seperti wajan, panci, piring dan alat masak lainnya yang rusak terkena erupsi Merapi, serta rangka sepeda motor milik korban yang tewas di bungker Kaliadem 14 Juni 2006. Ada juga foto-foto Gunung Merapi, serta foto erupsi Gunung Merapi dari 1900 hingga 2007, batu-batuan gunung dan diorama Gunung Merapi. Kedepan saya yakin MGM akan menjadi salah satu obyek wisata yang bagus di Sleman. Tentunya kolo dibarengi dengan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik. Lokasi: Lokasi MGM merupakan satu jalur ke obyek wisata kaliurang. Untuk menuju MGM dapat melalui dua jalur, yaitu Jalan Kaliurang dari sisi timur dan Jalan Boyong (menuju Kaliurang bagian barat) dari sisi barat. Apabila melalui sisi timur sebelum masuk pintu gerbang kurang lebih 1 kilometer belok kiri kira‑kira 2 kilometer sudah sampai kelokasi. Kalau melalui arah barat pengunjung bisa lewat Jalan Boyong setelah pintu gerbang masuk kawasan Kaliurang belok kanan. Jalannya saat ini sedang dalam pengerjaan, jalannya cukup lebar karena dibuat dua jalur, jalur keluar dan masuk

 
Copyright © 2014 Holiday. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger