Gunung Merapi yang terletak pada ketinggian 2.968 meter di atas
permukaan air laut merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia dan
juga salah satu dari gunung-gunung berapi teraktif di dunia.
Berthomier, seorang sarjana Perancis, membagi perkembangan Merapi dalam
empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang
lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi
timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai
terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu).
Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian
selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi
Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya
puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang
tersusun dari lava andesit. Aktivitas Merapi bersifat letusan efusif
(lelehan) dan eksplosif.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar
sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar
tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan
pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu
vulkanik. Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan
tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus
berpindah ke Jawa Timur. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus
sebanyak 68 kali. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan
terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai
4. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan
1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga
sekarang. Letusan 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga
menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan
1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban
jiwa. Sedangkan letusan 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang
berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali
beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan
Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Letusan terbaru, rangkaian
letusan bulan Oktober hingga November 2010 diperkirakan memiliki
kekuatan yang mendekati atau sama dengan tahun 1872. Letusan 2010 juga
teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat
eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga
jarak 20-30 km.
Keistimewaan
Keindahan pesona alam Gunung Merapi tidak terbantahkan lagi. Keindahan
yang beradu dengan misteri dan tragedi yang melingkupi gunung yang –jika
cuaca sedang tidak berkabut— dapat kita lihat dengan jelas menjulang
gagah dari empat kota yang mengitarinya: Sleman, Magelang, Klaten, dan
Boyolali. Udaranya yang menyejukkan dan keramahan penduduknya yang
menghangatkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gunung
–yang jika sedang dalam status normal— biasa didaki puncaknya oleh
banyak wisatawan ini.
Memang, pasca letusan besar akhir 2010, ada beberapa hal yang berubah
dari kawasan ini, namun hal tersebut tidak mengurangi –bahkan justru
menambah— pesona daya tarik Gunung Merapi. Desa-desa yang berada di 4 km
– 6 km dari puncak Gunung Merapi tidak bisa lagi dihuni. Digantikan
dengan banyaknya Hunian Sementara (Huntara) bagi para pengungsi yang
kehilangan rumahnya. Beberapa jembatan masih putus diakibatkan oleh
lahar dingin maupun awan panas.
Kawasan bekas letusan 2010 tersebut sekarang dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar menjadi kawasan wisata volcano trekking, di mana para wisatawan
benar-benar bisa melakukan napak tilas jejak-jejak letusan besar 2010,
termasuk mengunjungi bekas rumah Mbah Maridjan, juru kunci Merapi yang
legendaris. Ada dua desa bekas letusan yang sekarang menjadi kawasan
wisata volcano trekking: Desa Kepuharjo dan Desa Kinahrejo. Kedua
kawasan wisata tersebut dikelola oleh penduduk lokal kedua desa
tersebut. Para pengelola bahkan memakai kaos bertuliskan nama kedua desa
tersebut. Di kedua kawasan wisata tersebut, wisatawan dapat melihat
bekas letusan besar 2010. Di Kepuharjo yang lebih banyak diterjang
banjir lahar dingin, kawasannya lebih tertimbun material vulkanik,
sehingga agak susah diidentifikasi bahwa tempat ini dulunya adalah
pemukiman penduduk. Sedangkan di Kinahrejo yang lebih banyak diterjang
awan panas, relatif masih bisa dilihat sisa-sisa reruntuhan bangunan
bekas rumah penduduknya. Namun di kedua desa tersebut, tunas-tunas
tanaman baru sudah mulai bermunculan di antara sisa-sisa tanaman yang
gosong dan meranggas. Sebagian penduduk menyewakan jasa ojek untuk naik
lebih ke atas jika kita malas berjalan kaki. Sebagian lainnya berjualan
makanan dan minuman, serta beragam souvenir termasuk CD rekaman letusan
besar 2010, dan kaos bergambar wajah alm. Mbah Maridjan. Sudah ada juga
pusat informasi yang siap memberikan segala informasi berkaitan dengan
Gunung Merapi. Para wisatawan bisa melihat dengan mata kepala sendiri
betapa dahsyat akibat yang ditinggalkan oleh letusan besar 2010, dan di
depan masjid samping bekas rumah Mbah Maridjan (yang sudah dibangun lagi
semipermanen), terpasang foto-foto rumah Mbah Maridjan dan sekitarnya
sebelum dan sesudah letusan besar 2010. Jangan lewatkan juga menikmati
jadah tempe, nasi pecel, dan wedang gedhang, serta beberapa makanan
ringan khas kawasan lereng Merapi.
Jika status Merapi sudah ditetapkan normal untuk pendakian, Anda dapat
mendaki gunung ini melalui rute Pronojiwo, Kaliurang (pasca letusan
besar 2010 rute pendakian memang dialihkan ke bukit Pronojiwo) dengan
tantangan dan pemandangan yang sangat mengagumkan. Mengamati misteri
sekaligus keindahan lava pijar dari gunung yang menjadi sumber inspirasi
dan sumber penghidupan warga sekitarnya ini akan menjadi sebuah
pengalaman yang tidak terlupakan. Sebaiknya pendakian dimulai pada dini
hari sehingga Anda bisa melihat sinar matahari terbit yang memancar ke
gunung yang penuh legenda, anggun, sekaligus berwibawa. Kegiatan
menyusuri punggung dan lereng gunung Merapi ini akan memakan waktu
sekitar 5 jam.
Lokasi dan Fasilitas
Merapi terletak di bagian tengah Pulau Jawa, yaitu pada 7°32,5' Lintang
Selatan dan 110°26,5' Bujur Timur. Lereng sisi selatan berada dalam
administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya
berada dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di
sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten
Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Kota Magelang dan
Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km
dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian
1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak (setelah letusan
2010, kawasan tersebut sudah dikosongkan, kecuali di beberapa sisinya).
Gunung Merapi merupakan objek pendakian yang popular, karena gunung ini
merupakan gunung yang sangat mempesona. Sebelumnya, jalur pendakian yang
paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di
antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan
waktu sekitar lima jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain
adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles,
Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namun sejak letusan
besar 2010, kebanyakan jalur pendakian dialihkan melalui bukit
Pronojiwo, Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di
sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam
hingga ke puncak.
Harga tiket untuk memasuki kawasan wisata volcano trekking Kinahrejo dan
Kepuharjo masing-masing adalah Rp. 5000,- per orang ditambah ongkos
parkir Rp. 2000, -. Sedangkan ongkos ojek dari Kinahrejo hingga bekas
rumah alm. Mbah Maridjan adalah Rp. 20.000, - dan dari Kepuharjo hingga
Kaliadem antara Rp. 35.000, - hingga Rp. 50.000,
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.