Sejarah Siapa yang belum pernah mendengar tentang Candi Borobudur?
Kemegahan, keindahan, serta keunikannya telah membuat Candi yang
dibangun oleh Dinasti Sailendra antara tahun 750 – 842 M ini dikukuhkan
menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dan pada tahun 1991
ditetapkan oleh UNESCO di dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia (World
Wonder Heritages).
Candi Borobudur pernah terkubur oleh lahar dingin letusan dahsyat Gunung
Merapi pada sekitar tahun 950 M dan baru ditemukan pada tahun 1814 saat
Inggris menduduki Indonesia. Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di
desa Bumisegoro, Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah
Jawa (Raffles juga menulis buku History of Java, 1817), maka Raffles
segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk
menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi
semak belukar.
Pemugaran pertama langsung dilakukan oleh Raffles, yaitu mulai menebangi
pepohonan dan menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan
raksasa tersebut. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan
sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat
perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil
digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda dan terus
dilanjutkan setelah Indonesia merdeka oleh pemerintah Republik Indonesia
dengan bantuan dari UNESCO. Seluruh proses pemugaran selesai pada tahun
1984.
Keistimewaan
Banyak orang di seluruh dunia menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat
yang wajib dikunjungi dalam hidupnya. Banyak teori yang berusaha
menjelaskan asal kata Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini
kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung"
(bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu
terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur
berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi
borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa kata Borobudur berasal dari kata
bara dan budur. Bara/vihara artinya kompleks candi dan budur atau
beduhur artinya di atas atau bukit. Jadi, borobudur bisa diartikan
sebagai kompleks candi yang berada di atas bukit.
Luas bangunan Candi Borobudur adalah 123 x 123 m dengan tinggi bangunan
34,5 m dan memiliki 1460 relief, 504 Arca Buddha, serta 72 stupa. Candi
Borobudur memiliki 10 tingkat (melambangkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi
Buddha). 10 tingkat tersebut terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur
sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama
sebagai puncaknya.
Candi Borobudur dibangun sebagai perlambang dari banyak tahapan di dalam
teori Budha. Jika dilihat dari atas, Candi Borobudur berbentuk mandala
(bentuk tradisional Budha). Mandala adalah pusat dari gabungan antara
seni Budha dan Hindu. Bentuk dasar dari banyak mandala Hindu dan Budha
adalah persegi dengan empat titik masuk dan titik pusat yang melingkar.
Baik dari segi eksterior maupun interior, Candi Borobudur melambangkan
tiga zona tingkat kesadaran ditambah satu bidang utama yang
menggambarkan kesempurnaan atau nirvana.
Zona pertama adalah Kamadhatu atau dunia fenomena, dunia yang dihuni
oleh kebanyakan orang, yang bisa juga diartikan dengan dunia yang masih
dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Tingkat paling bawah Candi
Borobudur ini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan, sehingga tidak
terlihat. Zona Kamadhatu yang tersembunyi ini terdiri dari 160 relief
yang menggambarkan kisah Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat.
Relief-relief di sini menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti
perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa tingkat dasar ini ditambahkan pada bangunan asli candi
ini. Alasan penambahan bagian ini tidak 100 % pasti, namun sepertinya
untuk stabilitas struktur bangunan dan memperkuat pondasi bangunan atau
bisa juga karena alasan religius, yaitu untuk lebih banyak menutupi
konten-konten cabul. Bagian tambahan ini tingginya 3.6 m dan lebarnya
6.5 m. Sudut bagian bawah yang tertutup ini telah dibuka secara permanen
sehingga pengunjung dapat melihat pondasi yang tersembunyi termasuk
beberapa reliefnya.
Zona 2 Rupadhatu atau dunia transisi, di mana manusia telah terbebas
dari hal-hal duniawi, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam
atas. Teras persegi Rupadhatu berisi galeri relief batu pahat, juga
rangkaian ceruk yang berisi patung Budha. Secara keseluruhan, terdapat
328 patung Budha di dalam zona yang juga memiliki banyak relief dengan
hiasan murni ini. Manuskrip berbahasa Sansekerta digambarkan di dalam
zona ini melalui 1300 reliefnya, yaitu Gandhawyuha, Lalitawistara,
Jataka, dan Awadana. Relief-relief tersebut berjejer sepanjang 2,5 km.
Pada zona ini juga terdapat 1212 panel dekoratif.
Zona 3 Arupadhatu atau dunia tertinggi, tempat tinggal para dewa. Tiga
teras yang melingkar ke arah pusat atau kubah stupa menggambarkan
kenaikan ke dunia atas. Teras-teras di sini memiliki ornamen yang lebih
sedikit, dan lebih mengutamakan kemurnian bentuk. Tingkatan ini
melambangkan alam atas, di mana manusia sudah terbebas dari segala
keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup
berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar. Total, ada 72 stupa seperti ini.
Tingkat paling tinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan
berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa
lubang-lubang.
Lokasi dan Fasilitas
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, sekitar 40 km sebelah barat laut Jogjakarta, 7 km
arah selatan Kota Magelang, dan 100 km sebelah barat daya Semarang.
Kompleks wisata Candi Borobudur menyediakan fasilitas dan akomodasi yang
cukup lengkap, seperti hotel/penginapan, restoran/rumah makan,
toko-toko cinderamata yang sangat komplit, pom bensin, dan sarana
komunikasi, seperti wartel dan warnet. Di sekitar Candi Borobudur, juga
banyak andong (sejenis kereta kuda) yang bisa dimanfaatkan untuk
berjalan-jalan di sekitar kompleks candi. Sedangkan di dalam kompleks
candi, juga terdapat kereta bermesin jika kita capek atau malas berjalan
sampai ke bangunan candi. Di dalam kompleks Candi Borobudur juga
terdapat museum-museum yang sangat menarik untuk dikunjungi. Harga tiket
masuk Candi Borobudur bagi turis lokal atau pemegang KITAS adalah Rp.
15.000, - (Senin-Jumat) dan Rp. 17.500, - (Sabtu-Minggu). Sedangkan
untuk turis asing umum adalah 15 US$, sedangkan mahasiswa asing adalah
US$ 8
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.