Pesona keindahan yang dimiliki Candi Prambanan yang merupakan
peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia bukan hanya dari
bentuk bangunan dan tata letaknya yang menakjubkan, namun juga kisah
sejarah dan legenda yang sangat unik dan menarik. Candi ini dibangun
pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini,
yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha
Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Candi ini kemudian ditinggalkan ketika
pusat kerajaan di Jawa dipindahkan ke Jawa Timur akibat letusan dahsyat
Gunung Merapi sekitar tahun 950 M.
Kemudian pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh seorang Belanda
bernama C. A. Lons dan mulai dibersihkan oleh Jan Willem IJzerman pada
tahun 1855. Tak lama kemudian, IsaƤc Groneman melakukan pembongkaran
besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan
di sepanjang Sungai Opak. Selanjutnya renovasi dilakukan oleh Theodoor
van Erp dan dilanjutkan jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di
bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis. Pada
tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya. Pada tahun 1931
digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian
diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia hingga
tahun 1993.
Pada tahun 1991, UNESCO telah memasukkan Candi Prambanan ke dalam Daftar
Peninggalan Sejarah Dunia (World Wonder Heritages). Hal ini, di
antaranya berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status
istimewa, termasuk dalam situasi peperangan.
Keistimewaan
Kompleks Candi Prambanan memiliki tiga bangunan utama berarsitektur
indah setinggi 47 meter. Ketiga bangunan tersebut melambangkan Trimurti,
yaitu ajaran tentang tiga dewa utama yang terdiri dari Candi Siwa (Dewa
Pelebur) di tengah, Candi Brahma (Dewa Pencipta) di selatan, dan Candi
Wisnu (Dewa Pemelihara) di utara. Kemudian di depan bangunan utama ini
terdapat tiga candi yang lebih kecil sebagai perlambang Wahana
(kendaraan) dari Trimurti. Ketiga candi tersebut adalah Candi Nandi
(kerbau) yang merupakan kendaraan Siwa, Candi Angsa kendaraannya Brahma,
dan Candi Garuda kendaraan Wisnu. Kita juga dapat melihat dan mengikuti
kisah cerita Ramayana yang reliefnya dipahatkan searah jarum jam pada
dinding pagar langkan Candi Siwa dan bersambung di Candi Brahma.
Sedangkan pada pagar langkan Candi Wisnu dipahatkan relief cerita
Krisnayana. Selain itu kompleks candi ini dikelilingi oleh lebih dari
250 candi yang ukurannya berbeda-beda dan disebut perwara.
Candi Prambanan tidak dapat dilepaskan dari Legenda Loro Jonggrang yang
oleh masyarakat dipercaya sebagai kisah cinta penuh tragedi yang
melatarbelakangi pembangunan candi ini. Alkisah, pada zaman dahulu kala
di daerah Prambanan berdiri dua buah Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan
Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging yang subur dan makmur
dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana, Prabu Damar Moyo yang
memiliki seorang putra yang bernama Bandung Bondowoso. Sedangkan
kerajaan Kraton Boko yang berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan
Pengging diperintah oleh seorang raja yang kejam berbentuk raksasa
bernama Prabu Boko. Prabu Boko mempunyai putri yang cantik jelita
laksana bidadari dari khayangan yang bemama putri Loro Jonggrang. Prabu
Boko ingin memberontak dan menguasai kerajaan Pengging, kemudian
terjadilah perang sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu
Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat
dibinasakan. Ketika Raden Bandung Bondowoso tiba di Kraton Boko, ia
terkejut melihat putri Loro Jonggrang yang cantik jelita dan ia pun
ingin mempersunting putri Loro Jonggrang. Putri Loro Jonggrang tidak mau
dipersunting oleh pembunuh ayahnya, maka ia meminta syarat agar Raden
Bandung Bondowoso membuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Maka
segeralah Raden Bandung memerintahkan para jin untuk membuat 1000 candi,
akan tetapi di lain pihak putri Loro Jonggrang ingin mengagalkan usaha
Bandung. la memerintahkan para gadis di sekitar Prambanan untuk menumbuk
padi dan membakar jerami supaya kelihatan terang sebagai pertanda pagi
sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian. Mendengar ayam berkokok dan
orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang maka para jin
berhenti membuat candi dan berhamburan ketakutan. Maka dipanggilah putri
Loro Jonggrang untuk menghitung jumlah candi yang telah dibuat dan
ternyata jumlahnya baru 999 candi. Maka putri Loro Jonggrang tidak mau
dipersunting Raden Bandung. Karena merasa ditipu dan dipermainkan, Raden
Bandung murka sekali dan mengutuk putri Loro Jonggrang; "Hai Loro
Jonggrang, 1000 candi kurang satu maka genapnya seribu candi engkaulah
orangnya." Putri Loro Jonggrang lalu berubah ujud menjadi arca patung
batu. Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi
Prambanan.
Kisah legenda tersebut secara lengkap dapat dilihat di gedung Museum
yang berada di dalam lokasi Candi Prambanan. Selain memiliki ruang Audio
Visual yang memutarkan film selama 15 menit tentang sejarah
ditemukannya Candi Prambanan hingga proses renovasi dan purnapugarnya
secara lengkap, Museum ini juga memamerkan koleksi benda-benda arkeologi
serta perhiasan-perhiasan peninggalan raja Mataram kuno yang ditemukan
di Wonoboyo, Klaten, termasuk batu Lingga batara Siwa, sebagai lambang
kesuburan.
Lokasi dan Fasilitas
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.